Merindu Haramain

Peta Haramain. Sumber: http://almezanhajj.com

4 Mei 2012, Sabtu Pon, WEM

Alhamdulillah. Mas Adib Susila Siraj menelpon, dengan latar suara yang riuh-sibuk: Pamit dua mingguan, hendak menunaikan umrah, jaga Kota Baru, saling mendoakan. Saya tak bertanya di mana posisi Mas Adib, tergetar dalam situasi sukacita. Saya hanya berjawab, agar menyampaikan salam saya kepada Njeng Rasul. Selesai percakapan pendek, saya tertegun di dalam linimasa yang penuh tanda. Dan pesan pendek sebelum Subuh dinihari terjawab dengan kepenuhan yang ditandakan via Mas Adib. Maturnuwun, Mas.

Lanjutkan membaca “Merindu Haramain”

Manasikina: Wahana Haji Indonesia

Manasikina: Wahana Haji Indonesia

Draft Final Riset Mandiri
Imam Samroni
Januari 2017

Studi Kelayakan Pendirian dan Pemenuhan Optimal Manasikina Wahana Haji Indonesia

Logo: Adib Susila-Siraj

Film Dokumenter Memilih Rektorat UII

“Memilih Rektorat”
Memonitor Tim Monitoring Via ”Memilih Rektor(at)”

Director     : Imam Samroni
Producer     : Muhammad Latif Fauzi
Editor         : Ahmad Irfan Fakih
Researcher     : M. Roem Syibly, M. Lubabul Mubahitsin, Eko Riyadi
Cameraman     : Ahmad Irfan Fakih
Colour         : colour & BW
Duration     : 33” 49’ minutes
Hak Cipta © 2006 – Pusat Studi Islam (PSI) & Pusat Studi HAM Universitas Islam Indonesia

Lanjutkan membaca “Film Dokumenter Memilih Rektorat UII”

KAMI: Closed!

Bertaklim ke Tuan Djamhari Maskat
kami-kita
Strategi perang “massa x kecepatan” ala Napoleon Bonaparte (dan pemasaran produk, dalam perkembangannya) tentu tak bisa diterapkan untuk berkampanye oleh partai gurem, KAMI (Kebangkitan Muslim Indonesia) DIY pada 1998. Saya mengingat putaran diskusi saban malam di Poros Jetisharjo – Kota Baru. Di dalam kondisi tersebut, (alm.) Mbah Bakir memajukan diksi Jawa “ketoro, ketari, ketarik”: Terlihat, tertarik, dan nyoblos.

Kampanye pun terselenggara bahwa KAMI adalah jamu komplit: Apa pun ada. Pencanangan bulan Iqra’ per 1999-2002 di Mlati, Sleman; orasi politik di Bunderan UGM; diskusi lintas-kampus, melarung beratus-ratus kapal kertas di Selokan Mataram; melobi kantung-kantung maslahah kawan-kawan golput — untuk menyebut sejumlah kegiatan. Menyebar selebaran “Jurkam” (Jurusan KAMI), poster Pertemuan Ciganjur, dan kaos; memasang spanduk “Sultan Presiden Kami” di Pasar Ngasem; membagikan pamflet “Yang Penting Azasnya, Bung” (dengan meniru tagar iklan kretek Djarum saat itu) dan “Pejah Gesang nDherek Gusti Allah”; mengelaborasi angka 5 sebagai nomor urut partai (dari 48 parpol); berkereta kelinci saat karnaval “Dari Jogja Kita Selamatkan Indonesia;” dan mengoptimalkan kinerja opini di media massa. Honor sebagai peserta lokakarya The British Council & Westminster Foundation for Democracy pada 26-27 April 1999 turut menambah gizi berkampanye dengan kaidah ketoro, ketari, ketarik.
Lanjutkan membaca “KAMI: Closed!”