Pendidikan Sebagai Pengalaman

Oskar Negt. Sumber foto: Wikimedia

Pendidikan Sebagai Pengalaman: Memori Oskar Negt
Jürgen Habermas | Esai | 02/12/2024
Soziopolis

Sumber tulisan: Thomas Gregersen

Lanjutkan membaca “Pendidikan Sebagai Pengalaman”

Hikayat Robot dan Kecerdasan Buatan

Joffrey Becker

Catatan:
Dalam tulisan ihwal robot dan kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence), Mas Joffrey Becker sampai pada pernyataan: Kita butuh alat yang mampu mengantisipasi efek objek pintar tersebut. Mas Becker berkilah dengan kisah-kisah antropologi sosial tentang manusia dengan dan dalam objek pintar yang terhubung setiap hari. Buat saya, sudut pandang Mas Becker ini cukup memikat untuk menelaah ikatan-ikatan sosial antara manusia dengan objek pintar sebagaimana tulisannya “Vivre Avec des Robots / Vivre Dans des Robots: La Mécanique Du Lien Social,” 2021.

Article Citation:
Becker, Joffrey. 2022. “The Three Problems of Robots and AI.” Social Epistemology Review and Reply Collective 11 (5): 44-49. https://wp.me/p1Bfg0-6OH.

Lanjutkan membaca “Hikayat Robot dan Kecerdasan Buatan”

Jürgen Habermas: Ukraina, Perang, dan Kemarahan

Jürgen Habermas
Sumber foto: Louisa Gouliamaki / AFP.

Catatan:
Mentalitas pasca-pahlawan ini mampu berkembang di Eropa Barat – jika saya boleh membuat generalisasi yang luas – selama paruh kedua abad ke-20 di bawah payung nuklir yang disediakan Amerika Serikat. Mengingat kehancuran yang dimungkinkan oleh perang nuklir, pandangan muncul di kalangan elit politik dan mayoritas penduduk bahwa konflik internasional pada dasarnya hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi dan sanksi – dan bahwa, jika konflik militer pecah, perang harus diselesaikan secepat mungkin karena ancaman penyebaran senjata pemusnah massal yang sulit dihitung berarti bahwa kemenangan atau kekalahan dalam pengertian klasik bukan lagi hasil potensial. Atau, seperti yang dikatakan oleh penulis Jerman Alexander Kluge: “Perang hanya bisa mengajari kita untuk berdamai.” Pandangan ini tidak serta merta diterjemahkan ke dalam prinsip pasifisme, berarti perdamaian dengan harga berapa pun. Fokus untuk mengakhiri kehancuran, penderitaan manusia dan surut-peradaban secepat mungkin tidak identik dengan tuntutan untuk mengorbankan eksistensi yang bebas secara politik di atas altar kelangsungan hidup belaka. Skeptisisme kekerasan militer mencapai batas prima facie ketika datang ke harga yang dituntut oleh kehidupan yang tertahan oleh otoritarianisme – kehidupan di mana bahkan kesadaran kontradiksi antara normalitas paksa dan penentuan nasib sendiri akan lenyap.

Sumber lacakan: Thomas Gregersen, Habermas on the war in Ukraine – English translation

War and Indignation. The West’s Red Line Dilemma
Jürgen Habermas
6 May 2022

Lanjutkan membaca “Jürgen Habermas: Ukraina, Perang, dan Kemarahan”

Audrey Borowski: Suluk Kiamat Günther Anders

Audrey Borowski. Sumber foto: Centre Zentrum Marc Bloch

Borowski yang dengan tekun mengkaji karya-karya Günther Anders tentang filsafat kiamat memajukan sikap dengan ugahari: “Dengan menolak bekerja sama dengan tatanan yang menindas, dengan menciptakan bentuk perlawanan terhadap tatanan apa pun yang melanggengkan pembantaian –yang merendahkan kita sebagai manusia, mengatomisasi masyarakat, dan membahayakan keberadaan kita– maka kita mungkin bisa berharap untuk menyelamatkan manusia dari budaya buangan yang konformis.”

Borowski merujuk keprihatinan Anders (1902-92): Bayang-bayang krisis lingkungan, penghambaan yang kian lekat terhadap konsumerisme tanpa jiwa yang dibangun di atas limbah dan eksploitasi, serta sifat realitas yang semakin termediasi. Kita hidup di “zaman ketidakmampuan untuk takut” dan masih tetap pasif terhadap krisis iklim, runtuhnya keanekaragaman hayati, dan berkurangnya sumber daya. Kita berlindung dalam ketidaktahuan yang didesain kekuasaan penuh untuk bermalas-malas. Sila klik tulisan Borowski yang menggugah ini di Aeon.